LUKISAN TERLARANG SANG NABI
OBSESI MELUKIS FISIK NABI MUHAMMAD SAW
Buku cerita 'Kisah Menarik Masa Kecil Para Nabi'
dilaporkan ke Kantor Kementerian Agama Solo karena memuat ilustrasi fisik Nabi
Muhammad SAW. Menurut hukum Islam, tak dibenarkan adanya lukisan dari wajah
sang nabi. Dari pengamatan, pada buku cerita terbitan Nobel Edumedia,
Jakarta ini terdapat lima gambar citra sang nabi. Ilustrasi tersebut
menceritakan masa Nabi Muhammad sebelum dewasa. Sebagai
contoh pada halaman 43 yang menceritakan kelahiran Nabi Muhammad. Digambarkan
dalam buku tersebut sesosok bayi yang digendong wanita serta tertulis
"Muhammad" dengan huruf hijaiyah. Kemudian pada halaman 44
digambarkan saat Muhammad menggembala hewan ternak.
"Di sini sosok Muhammad tampak lebih jelas digambarkan dengan bentuk tubuh, rambut, serta bagian kaki," kata Budi Rahayu (35) warga Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah yang melaporkan temuan tersebut ke Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Selasa (22/5/2012) siang.
Kejanggalan tersebut kata dia diketahui setelah menerima laporan dari anaknya. Menurut ceritanya, buku yang ditulis N Khasanah RA itu diperoleh anaknya dengan cara meminjam dari sekolah dasar (SD) swasta si anak.
"Saya kaget ketika anak saya bilang pinjam buku di perpustakaan sekolah ada gambar Nabi Muhammad. Saya bilang ke anak saya mungkin ia keliru tafsir. Tapi setelah saya lihat bukunya ternyata benar," ujar warga itu saat ditemui wartawan.
"Di sini sosok Muhammad tampak lebih jelas digambarkan dengan bentuk tubuh, rambut, serta bagian kaki," kata Budi Rahayu (35) warga Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah yang melaporkan temuan tersebut ke Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Selasa (22/5/2012) siang.
Kejanggalan tersebut kata dia diketahui setelah menerima laporan dari anaknya. Menurut ceritanya, buku yang ditulis N Khasanah RA itu diperoleh anaknya dengan cara meminjam dari sekolah dasar (SD) swasta si anak.
"Saya kaget ketika anak saya bilang pinjam buku di perpustakaan sekolah ada gambar Nabi Muhammad. Saya bilang ke anak saya mungkin ia keliru tafsir. Tapi setelah saya lihat bukunya ternyata benar," ujar warga itu saat ditemui wartawan.
BOLEHKAH MELUKIS NABI MUHAMMAD SAW
Kenapa lukisan wajah asli Nabi Muhammad tidak ada? Jawaban simple-nya: saat Nabi Muhammad
SAW hidup, tidak ada seorang pun yang pernah melukis wajahnya, dan juga kamera
foto belum lagi ditemukan. Jadi itulah sebenarnya duduk masalahnya. Dan dengan
masalah itu sebenarnya kita harus bangga. Sebab keharaman menggambar wajah nabi
SAW justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah
(originalitas) sumber ajarannya.
Larangan melukis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait dengan keharusan menjaga kemurnian ‘aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam. Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut.
Larangan melukis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait dengan keharusan menjaga kemurnian ‘aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam. Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut.
Melukis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilarang
karena bisa membuka pintu paganisme atau berhalaisme baru, padahal Islam
adalah agama yang paling anti dengan berhala.
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata : Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, sebagian isteri beliau menyebut-nyebut
sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah yang disebut dengan Maria.
Ummu Salamah dan Ummu Habibah radhiyallahu‘anhuma pernah mendatangi negeri
Habasyah, mereka menyebutkan tentang kebagusannya dan gambar-gambar yang ada di
dalamnya. Maka beliau pun mengangkat kepalanya, lalu bersabda :
“Itulah orang-orang yang bila ada orang sholih di antara
mereka yang mati, mereka membangun masjid di atas kuburannya kemudian membuat
gambar-gambarnya. Itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” ( HR. Ahmad dan
Al-Bukhari )
Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencela kelakuan orang-orang ahli kitab yang mengkultuskan orang-orang
sholih mereka dengan membuat gambar-gambarnya agar dikagumi lalu dipuja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyerupai mereka :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan
mereka.” ( HR. Abu Dawud )
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana
orang-orang Nashrani menyanjung Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan
Rasul utusan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Al-Bukhori )
Itulah sebab utama kenapa Umat Islam
bersikeras melarang melukis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
dalam rangka menjaga kemurnian ‘aqidah tauhid. Masih banyak sebab yang lainnya
dari larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya
penggambaran diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan membuka peluang
untuk perbuatan penistaan terhadap pribadi beliau. Sebagaimana seseorang yang
benci kepada orang lain, namun karena tidak mampu melampiaskan kebenciannya
secara langsung, mereka lantas membuat serentetan penistaan terhadap gambar
atau foto orang yang dia benci. Apakah akan dia ludahi atau dia injak-injak
atau dia sobek-sobek atau dia bakar atau dibikin ka rikatur yang bernuansa
pelecahan, dan sebagainya.
Dengan tidak dilukisnya gambar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka tidak mungkin seseorang yang kafir atau fasiq mampu membuat
gambaran wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hanya orang-orang
yang benar imannya saja yang bisa melihat beliau :
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpinya, sesungguhnya dia
benar-benar melihatku, karena syetan tidak mungkin menyerupai bentukku.” (
HR.Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud Ibnu Majah dan Ahmad )
Dalam salah satu riwayat Al-Bukhari ada tambahan:
“Dan mimpi seorang mu’min adalah seperempat puluh enam bagian
dari kenabian.”
Bila demikian keadaannya maka tidak mungkin
seorang fasiq apalagi kafir bisa tahu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Andai mereka bermimpi suatu sosok manusia yang mengaku sebagai Nabi Muhammad
saw maka dapat dipastikan bahwa sosok itu adalah setan. Karena meski tidak
mungkin menyerupai bentuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi
setan bisa saja mengaku sebagai Rasulullah. Lalu bagaimana kita mengetahui
kalau sosok yang mengaku Rasulullah di dalam mimpi kita adalah benar-benar asli
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Caranya adalah dengan dicocokkan
dengan hadits-hadits syamail yang shohih, yaitu hadits-hadits yang bertutur
tentang ciri-ciri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ada pun karikatur yang digambar oleh orang-orang kafir dan
mu-nafiq adalah kebohongan, karena bagaimana mungkin mereka bisa menggambar
wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan untuk melihatnya saja
mereka tidak mungkin bisa ?!!! Maka yakinlah bahwa apa yang mereka lukis dan
apa yang mereka bikin karikaturnya pasti bukan Rasulullah SAW.
Keharaman untuk menggambar nabi Muhammad SAW dan juga
nabi-nabi yang lain, oleh para ulama ditetapkan berdasarkan kemustahilan untuk
memastikan bahwa gambar itu benar-benar yang sebenarnya. Mengingat tidak ada
satu orang pun orang di dunia ini yang tahu wajah para nabi. Karena tidak satu
pun yang saat para nabi itu hidup yang hingga sekarang ini masih hidup.
Semua lukisan dan gambar tentang para nabi
itu 100% bukan wajah mereka. Dan menurut para ulama, kalau pun gambar-gambar
itu dilukis, sama sekali bukan gambar nabi, melainkan hayal dan imajinasi
pelukisnya. Seandainya yang digambar itu hanya orang biasa yang bukan nabi,
mungkin masalahnya tidak serumit kalau yang digambar itu nabi. Menggambar atau
melukis wajah seorang nabi adalah sebuah kerumitan tersendiri dari segi hukum.
Mungkin anda bertanya, mengapa harus jadi rumit? Bukannah tujuan menggambar
nabi itu baik, yaitu agar lebih mendekatkan kita kepada sosok nabi itu? Ya,
masalahnya menjadi rumit lantaran seorang nabi adalah pembawa risalah resmi
dari Allah. Maka bukan hanya pembicaraannya saja yang jadi ukuran, tetapi semua
tindak tanduk dan bahkan hingga masalah wajah dan potongan tubuhnya, adalah
bagian utuh dari risalah itu.
Penggambaran wajah dan tubuh seorang nabi, sedikit banyak
sangat berpengaruh kepada esensi syariat yang disampaikannya. Mengingat di
kemudian hari setelah wafatnya para nabi itu, banyak orang yang berdusta
tentang nabi. Baik dusta tentang perkataannya, perbuatannya, taqrirnya (sikap),
termasuk berbohong tentang kondisi fisiknya. Dan perbuatan berbohong atas apa
yang apa yang dibawa oleh seorang nabi merupakan dosa yang amat serius. Ancamannya
tidak tanggung-tanggung, yaitu kedudukan di dalam neraka.
“Siapa yang berbohong tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempatnya di neraka”. (HR Bukhari Muslim)
“Siapa yang berbohong tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempatnya di neraka”. (HR Bukhari Muslim)
Dengan berdasarkan hadits ini, maka para ulama sepakat untuk
mengharamkan gambar nabi Muhammad SAW, juga gambar para nabi yang lain.
Mengingat tidak ada seorang pun manusia yang hidup di zaman ini yang
pernah melihat wajah nabi Muhammad SAW dan juga nabi lainnya. Dari mana lukisan
nabi itu didapat, kalau bukan dari hayal dan imajinasi? Hayal dan imajinasi
pada hakikatnya adalah kebohongan, meski niatnya mungkin baik.
Kita bisa simpulkan bahwa haramnya menggambar wajah seorang
nabi, bukan semata-mata karena ditakutkan bahwa gambar akan menghina nabi,
melainkan masalah keaslian dan kejujuran gambar itu sendiri. Bahwa tidak ada
kebenaran dalam gambar itu dan gambar itu bukan gambar nabi. Seharusnya masalah
ini juga berlaku buat para shahabat nabi, para tabi’in dan atba’ut tabiin.
Mengingat keagungan dan ketinggian kedudukan mereka dalam agama ini.
____________________________________
Posting Komentar