SUNAT ALA YAHUDI BISA BIKIN MATI
Ritual sunat ala Yahudi, di mana tukang sunat menghisap darah dari kemaluan anak yang baru lahir, telah menyebabkan setidaknya 11 kasus herpes dan 2 anak meninggal dunia dalam 10 tahun terakhir, kata otoritas kesehatan Amerika Serikat, Kamis (7/6/2012), sebagaimana dilansir AFP.
Kasus infeksi herpes simplex virus (HSV-1) itu semuanya terdokumentasi di kota New York dari tahun 2000 sampai 2011, dan beberapa di antaranya terjadi di lingkungan tempat tinggal yang sama, tulis laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
“Hisapan lewat mulut pada luka terbuka beresiko menularkan HSV-1 dan bibit-bibit penyakit lain kepada bayi dan itu tidak aman,” tulis laporan mingguan CDC tentang morbiditas dan mortalitas. “Sunat adalah prosedur bedah berupa pemotongan kulit utuh, tehnik steril harus digunakan untuk meminimalisasi resiko infeksi,” imbuh laporan itu.
HSV-1 merupakan infeksi yang umum terjadi, sebagian pakar mengatakan menjangkiti 90 persen populasi. Biasanya menimbulkan semacam luka lecet pada bagian mulut atau bisa juga menimbulkan herpes pada alat kelamin. Obat penyakit ini belum ada. Pada bayi, infeksi HSV-1 dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen. Jenis virus yang lebih ganas, HSV-2, sering berkaitan dengan luka pada alat kelamin pria dan wanita, yang menurut organisasi kesehatan dunia WHO diderita oleh 16 persen populasi dunia.
Salah satu anak yang tewas merupakan anak kembar. Ia disunat oleh seorang mohel (tukang sunat) di luar rumah sakit dalam sebuah acara ritual yang dilakukan oleh mohel bersangkutan. Tukang sunat itu menmotong kulit kelamin si bayi, lalu menyedot darahnya dengan mulutnya sendiri.
Menurut laporan CDC, sepasang anak kembar disunat oleh mohel A saat usia 8 hari. Kemudian pada hari ke-16 kondisi kesehatannya diperiksa. Kedua bayi itu diketahui terinfeksi HSV-1. Bayi yang disunat lebih dulu meninggal karena infeksi itu. Orangtua bayi, terutama si ibu, tidak memiliki riwayat penyakit herpes, yang biasanya menulari bayi saat proses kelahiran
.
Empat belas petugas medis di rumah sakit yang merawat keduanya saat baru lahir juga tidak memiliki riwayat herpes. Namun tukang sunat yang diperiksa setelah 97 hari melakukan sunat, terbukti mengidap infeksi HSV-1.
Seorang bayi baru lahir juga meninggal pada tahun 2011 dalam kasus serupa. Namun, karena tukang sunatnya tidak bisa diidentifikasi untuk diperiksa, maka pihak CDC menduga telah terjadi penularan HSV-1 dengan cara yang sama. CDC mengatakan, sebagian otoritas rabi Yahudi bersikukuh penghisapan darah langsung dari kemaluan bayi yang disunat oleh tukang sunat merupakan bagian dari ritual yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan rabi dari ultra-
Orthodoks memperbolehkan penghisapan darah dilakukan dengan menggunakan alat bantu lain.
CDC menambahkan, kasus infeksi serupa juga banyak terjadi di Kanada dan Israel. Namun, hal itu sulit dicegah, karena upacara ritual sunat di kalangan Yahudi biasanya dilakukan di tempat yang tidak memenuhi standar kesehatan.
-------------------------------------------------------------------
Sumber: www.hidayatullah.com
Posting Komentar