GAWAT!!! RABBI 'FATWAKAN' HALAL MEMBUNUH GOYIM (NON YAHUDI)
Sumber-sumber media dan hak asasi manusia mengekspresikan rasa geram mereka terhadap teshuvah (opini legal Yahudi, semacam fatwa) yang dikeluarkan oleh Sanhedrin (dewan rabbi) Israel yang menyerukan pembunuhan terhadap tahanan Palestina dan penculikan anggota dewan terpilih Palestina. Sanhedrin menyampaikan hal tersebut setelah mendengar kabar mengenai negosiasi terbaru seputar Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas di Gaza. Rekomendasi ekstrim teshuvah tersebut akan diterapkan jika Shalit, yang merupakan warga negara Perancis (Shalit memiliki paspor ganda), tidak dipulangkan dengan selamat dan segar bugar kepada keluarganya.
Namun, teshuvot (bentuk jamak dari teshuvah) semacam itu seringkali diberikan sejalan dengan berbagai kebijakan otoritas Israel yang rasis dan menindas rakyat Palestina yang berada di bawah belenggu penjajahan.
"Opini-opini religius" tersebut tumbuh subur dalam gelombang kericuhan yang serius, dapat dilihat bahwa ketika pertempuran semakin intensif, teshuvot berulangkali diberikan untuk memberikan "otoritas religius" kepada orang-orang Yahudi untuk menyerang warga sipil Palestina, untuk membalas setiap tindakan yang dianggap menentang Israel. Sudah terlihat jelas bahwa para Rabbi Israel telah sejak lama memberikan alibi religius yang dibutuhkan oleh para pemimpin militer dan politik demi "keamanan para penduduk Israel."
Rabbi Shmuel Eliyahu, dari kota Safed di Galilee, menginginkan pasukan penjajah Israel untuk melakukan "pembalasan setimpal" kepada para penduduk Palestina dan menghajar mereka berulang-ulang. Rabbi ekstrimis tersebut juga menyerukan kepada Israel untuk membentuk ulang Unit 101, sebuah pasukan militer, yang dulu berada di bawah komando Ariel Sharon, yang bertanggungjawab atas pembantaian warga sipil Palestina dan peledakan rumah-rumah Palestina di desa Qibya dan Nahleen pada awal dekade 1950an.
Dalam teshuvah yang ditulis di jurnal keagamaan "The land of Israel is ours (tanah Israel adalah tanah kami)", Rabbi Eliyahu menekankan bahwa pasukan Israel harus menghajar warga Palestina, "Bukan hanya untuk balas dendam, namun juga sebagai peringatan dan pelajaran terhadap dunia Arab, bahwa jika dibandingkan dengan emas sekalipun, darah Yahudi jauh lebih berharga."
Lebih lanjut lagi, surat kabar Israel, Maariv, dalam edisi terbitan 9 November 2009, menyebutkan bahwa ada sebuah buku kontroversial yang diterbitkan di Tepi Barat terjajah. Dalam buku tersebut, sang penulis membenarkan pembantaian orang-orang non-Yahudi.
Menurut penulis buku tersebut, Rabbi Yitzhak Shapira, kepala sekolah keagamaan di pemukiman Yitzhar, kaum Yahudi dibebaskan untuk menyiksa orang-orang non-Yahudi, termasuk anak-anaknya. "Orang-orang yang mengklaim kepemilikan tanah (Palestina) dan orang-orang yang tidak mengakui "hak-hak" kita harus dibunuh."
Ada banyak rabbi yang sepakat dengan pembenaran "balas dendam" dan kekerasan tersebut, mereka menganggap hal itu benar menurut kitab suci mereka. Rabbi Eliyahu menekankan bahwa teshuvahnya bersumber dari referensi religius. Menurutnya, "balas dendam" bukan termasuk kata-kata kasar dalam Torah (Taurat). Eliyahu meyakini bahwa pembalasan dendam hanya dilarang jika dilakukan terhadap sesama Yahudi, namun dihalalkan terhadap orang-orang non-Yahudi.
Sebelumnya, Eliyahu pernah mendesak pemerintah Israel untuk menggantung tiga bocah laki-laki dari sebuah pohon yang tinggi, tiga anak laki-laki tersebut adalah putra dari orang yang dituding berada di belakang ledakan bom di Yerusalem.
Pada tahun 2004, Rabbi Eliyahu mengeluarkan sebuah fatwa yang menganjurkan para Yahudi untuk menghilangkan hak penyewaan properti di tanah Palestina terjajah. Seruan tersebut melengkapi teshuvah sebelumnya, yang dikeluarkan oleh Rabbi Haim Guenyisbagi, yang melarang kaum Yahudi mengangkat warga Palestina sebagai karyawan.
Pada awal tahun ini, Rabbi Mordechai Eliyahu, seorang anggota senior dari pergerakan religius nasional di Israel, mengirimkan sebuah surat kepada mantan perdana menteri Ehud Olmert dan juga para politisi Israel lainnya. Isi surat tersebut membenarkan agresi di Gaza pada awal tahun ini.
Dalam surat tersebut, Rabbi Mordechai Eliyahu juga menganjurkan pembantaian warga sipil Palestina karena dianggap tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan tembakan roket Qassam dari Gaza, dia meyakini bahwa segala hal yang terjadi terhadap para penduduk Palestina yang tidak bersalah dalam invasi Gaza merupakan hal yang sah. Sejumlah teshuvot lainnya menyerukan pembunuhan terhadap pria, wanita, anak-anak dan bahkan binatang peliharaan rakyat Palestina.
Fatwa-fatwa semacam itu seringkali didiamkan saja oleh otoritas Israel, sejumlah pengamat bahkan menyatakan bahwa seruan-seruan tersebut diterima oleh banyak politisi dan pemimpin militer. Para aktivis hak asasi manusia mengkhawatirkan dampak seruan tersebut terhadap para tahanan Palestina. Hal tersebut seolah memberikan lampu hijau terhadap pasukan penjajah Zionis untuk semakin menindas Palestina, serta memberikan sebuah fondasi keagamaan untuk melakukan lebih banyak kekerasan terhadap warga Palestina di tanah terjajah dan juga penjara Israel. (dn/pt)
-------------------------------------------------------------
Sumber: www.suaramedia.com
Posting Komentar